Rabu, 24 September 2008

BUDAYA MINTA 2 SUMBANGAN & MUDIK LEBARAN

Serial Budaya
Sejak 20 tahun lalu, ketika saya menjadi assistant executive disebuah perusahaan besar dan sampai saat ini budaya minta2 sumbangan untuk Lebaran yang dilakukan oleh oknum2 instansi pemerintahan dan yayasan2 tertentu maupun juga pengemis2 pinggir jalan belum berhenti. Seolah-olah momentum lebaran waktu yang paling tepat mengumpulkan sedekah kemudian digunakan untuk kepentingan pribadi. Mengapa hal2 semacam ini terus terjadi menahun dan menjadi penyakit kronis di masyarakat kita.
Apakah gaji yang telah diberikan oleh pembayar pajak belum mencukupi, bagaimana apabila yang dimintakan sumbangan itu adalah perusahaan asing - menengah - apa kata mereka ? apakah mental bangsa kita sudah kronis sebagai tukang minta2 sumbangan dan uang dari pengusaha. Padahal, pengusaha sendiri sedang terpuruk dan juga dikejar2 aparat pajak. " BANGSA YANG MEMALUKAN," kata seorang teman di bagian keuangan perusahaan asing, dimana fax dan surat2 permintaan sumbangan menumpuk dengan ucapan kata2 terimakasih bagi para donatur. Apakah perlu dibuatkan Keppres agar budaya minta2 sumbangan yang dilakukan oleh aparat pemerintahan "DILARANG KERAS." ATAU dibiarkan saja sampai 30 tahun kedepan. Memang yang paling mudah dan gampang banget, dalam mencari uang menjelang lebaran adalah minta sumbangan dan pinjam kiri kanan.
Bagaimana dengan budaya Mudik Lebaran, Apakah budaya mudik itu suatu kegiatan ekonomi yang memiliki added value atau konsumtif belaka, mengingat negara masih dibebani oleh hutang setumpuk, anggaran defisit dan juga tinggi nya subsidi BBM dan Listrik.
Apakah kita bangsa ini dapat bersaing dengan bangsa2 lain, seperti Singapore, India dan Jepang dengan budaya kerja keras dan menghargai waktunya ( time management ) atau sengaja kita membiarkan budaya mudik ini terus bergulir sambil mendapatkan keuntungan diatas nya.
Irwan Ibrahim